Hanyoung High School ( 한영외고등학교 ) adalah salah satu sekolah menengah atas favorit dan ternama yang terletak di Gangdong-gu, Seoul, Korea Selatan. Pertama kali didirikan pada tahun 1990, namanya tidaklah asing berkat banyaknya lulusan Hanyoung yang sukses menembus SKY (3 universitas teratas di Korea). Reputasi baik pun dipegang teguh oleh SMA ini dari tahun ke tahun menunjukkan betapa tingginya potensi yang dimiliki para siswa Hanyoung. Label ‘siswa berprestasi’ baik dari segi akademik maupun non akademik sudah melekat pada seragam sekolah yang mereka kenakan. Menjadi siswa Hanyoung? Pastinya sebuah kebanggaan besar! Ya, ini lah Hanyoung High School. Tertarik untuk bergabung?
PERATURAN BARU PEMERINTAH. TAHUN 2020. ( APRIL 2020 ) Di tahun ke-30 sejak berdirinya, sepertinya mulai tahun ini predikat baik yang dipegang Hanyoung bisa jadi akan mulai goyah. Bagaimana tidak, pemerintah Korea Selatan baru saja menetapkan peraturan baru yang gila–atau mungkin— sangat gila. Guna mengatasi penurunan angka kelahiran yang terjadi begitu drastis di negeri gingseng, pemerintah mau tak mau menetapkan peraturan yang dijuluki masyarakat “Jodoh Pemerintah”. Peraturan ini berisi: 1. Pemerintah akan menentukan pasangan para siswa SMA dan memaksa mereka untuk menikah paling lambat sebelum lulus dari SMA. 2. Remaja akan mendapat email dari pemerintah mengenai siapa pasangannya. Keputusan tidak dapat digugat. 3. Pemerintah telah melakukan observasi dalam menentukan pasangan rakyatnya. Pasangan yang diberikan oleh Pemerintah adalah yang terbaik. 4. Setelah mendapat pasangan, —walau belum terikat pernikahan— remaja diharap mulai mengenal dekat pasangannya. 5. Tanggal pernikahan menjadi hak siswa yang bersangkutan dan keluarganya. Mereka bisa memilih waktu yang tepat dengan catatan sebelum keduanya lulus dari SMA. 6. Diharap mengikuti, mematuhi, dan melaksanakan peraturan dari Pemerintah. 7. Melanggar, menolak, atau membangkang dari peraturan pemerintah akan mendapat hukuman penjara 2 tahun. 8. Jika memang benar-benar tidak cocok dengan pasangan yang ditentukan pemerintah, bisa mengajukan proposal untuk selanjutnya disidang (mengenai alasan). Siswa yang melakukan hal ini juga akan mendapat hukuman penjara 6 bulan. [ OOC: Kisah cinta segitiga, saling membenci, mencintai pasangan orang lain, benci jadi cinta atau bahkan selingkuh sangat diperbolehkan untuk pengembangan karakter.] Peraturan baru Pemerintah guna meningkatkan angka kelahiran sudah bulat. Terdengar seperti mimpi, tapi ini kenyataan yang harus diterima rakyat Korea Selatan. Negara musuh Korea Utara itu negara yang maju bahkan layak dijuluki sebagai Macan Asia. Walau SDA tidak terlalu berlimpah, nyatanya negara itu memiliki SDM yang sangat berkualitas. Tak heran, yang ada di pikiran remaja Korea Selatan hanyalah belajar, masuk perguruan tinggi, kerja keras, menghasilkan uang banyak, dan menjadi sukses. Sebagian besar rakyatnya bahkan memutuskan untuk tidak menikah. Menikah dianggap sebagai hal tidak penting. Bahkan bagi mereka yang menikah pun juga memutuskan untuk menunda momongan. Alasannya rakyat Korea Selatan terlalu gila bekerja. Kehadiran anak bisa menjadi pengganggu. Selain itu, mereka sangat mementingkan masa depan anak. Bahkan sebelum anak lahir, orang Korea harus menyiapkan dana untuk pendidikan & biaya hidup anak sampai anak tersebut dewasa. Bayangkan saja. Kalau tidak ada uang sebanyak itu untuk menjadi jaminan sang anak, maka lebih baik jangan ‘membuat’ anak. Masa depan anak bisa-bisa menjadi kacau karena tidak adanya biaya. Pola pikir tersebut terus berkembang hingga taman bermain di ujung-ujung kota mulai sepi. Taman kanak-kanak yang seharusnya dipenuhi nyanyian riang kian sepi dari tahun ke tahun. 2020 ini lah puncaknya. Pemerintah tidak ada pilihan lagi. Jika tidak ada generasi penerus, bagimana nasib Korea Selatan? Generasi produktif menjadi korbannya. Keputusan berani pun dibuat. 2020, Pemerintah menjodohkan rakyatnya agar bisa membangun keluarga layaknya masyarakat di negara lain. Sukses berdua, mempunyai keturunan yang unggul, dan niscaya Korea Selatan akan semakin kuat dan maju. Kembali ke Hanyoung High School, sekolah yang kini dipimpin sang kepala sekolah ke-8, Lee Insung, tersebut mau tak mau menyesuaikan dengan peraturan baru yang ada. Walau jelas-jelas prestasi baik yang selama ini tercetak bisa goyah dan konsentrasi belajar siswa akan menurun. Sekolah ditutup selama 2 bulan. Lee Insung dan para petinggi sekolah memutar otak bagaimana agar Hanyoung tak tenggelam walau mengikuti peraturan yang ada. Beberapa renovasi juga terjadi di gedung asrama siswa untuk menyesuaikan permintaan dari Pemerintah. Peraturan sekolah yang sedari dulu telah ada juga turut diubah. Kini Hanyoung High School seolah lahir kembali. Mengulang dari awal dengan perubahan yang ada. Akankah Hanyoung masih bisa bertahan di puncak? Bergabunglah dengan Hanyoung dan harumkan nama sekolah! |